BULUKERTO – Sedikitnya permintaan industri dari lulusan akuntasi tingkat SMK menjadi pemikiran tersediri dalam acara pelatihan Akutansi Desa yang digelar oleh Musyawarah guru Mata pelajaran (MGMP) Akutansi Kabupaten Wonogiri di SMKN Bulukerto kemarin (22/12). Pasalnya pelatihan yang diikuti oleh semua guru akutasi se Kabupaten Wonogiri ini, diharapkan mampu membedah persoalan yang terjadi di Jurusan Akutansi SMK. Padahal saat ini sejumlah jurusan akutansi SMK di Wonogiri masih dinyatakan aktif yang memiliki ratusan peserta didik.
Ketua MGMP Akutansi Kabupaten Wonogiri Alwi Yudisasmita, S.Pd mengatakan saat ini yang dihadapi oleh pengelola jurusan Akutansi tidak hanya bagaima peserta didiknya bisa menguasai materi akutasi dengan baik, dan lulus sesuai dengan standar. Namun bagaimana siswa jurusan akutansi diharapkan bisa berkompetisi dan diterima di dunia usaha dan industri. Misalnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) siswa di kantor pemerintah desa, dengan mudah siswa memahami aturan penggunaan keuangan desa, begitu juga saat PKL di perusahaan.
“Maka kami sengaja mengadakan pelatihan Akutasi desa, yang diikuti oleh semua guru akutasi SMK se Kabupaten Wonogiri ini agar kegelisahan selama ini yang dialami oleh jurusan akutansi bisa terjawab,”katanya paska pembukaan Pelatihan Akutansi Desa di Ruang Meetting SMKN 1 Bulukerto kemarin (23/12)
Senada dikatakan Kepala SMKN 1 Bulukerto Walujo, S.Pd., M.T. bahwa jumlah peminat jurusan akutansi sampai saat ini masih cukup banyak diminati oleh peserta didik lulusan SMP sederajat. Hanya saja rata-rata lulusan SMK jurusan akutansi tidak banyak dibutuhkan oleh dunia industri sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga lulusan akutansi SMK lebih banyak bekerja sebagai kasir, petugas lapangan, pemasaran, BMT maupun lainnya.
“Ironis memang melihat kenyataan saat ini. Karena rata-rata industri lebih memilih formasi akutansi dari D3 atau S.1, bukan lulusan SMK,” katanya dalam pembukaan Pelatihan Akutansi Desa di Ruang Meetting SMKN 1 Bulukerto kemarin (23/12) .
Melihat fenomena tersebut, Walujo berharap ada terobosan yang perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga lulusan Akutansi betul- betul bisa diharapkan oleh dunia usaha dan industri sesuai dengan kulifikasi pendidikanya yang diharapkan masyarakat.
“Misalnya anak akutansi dilatih bangaimana mengoprasikan kalkulator dengan cepat, belajar akutansi desa agar tidak salah, karena saat ini sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaporan keuangan desa dengan benar,” tegasnya.
Sementara Ketua MGMP Akutansi Provinsi Jawa Tengah Baskoro, S.Pd., M.Pd mengatakan sebenarnya potensi SMK jurusan akutansi memiliki peranan penting di masyarakat. Hal ini dikarenakan sesuai nawa cita presiden Joko Widodo bahwa akan melakukan pembangunan Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
“Artinya potensi SMK saat ini, khusunya yang di desa sangat memiliki peranan yang sangat penting untuk ikut memajukan nagara ini,” katannya dalam pelatihan akutansi desa.
Peranan penting ini, menurutnya perlu ada singkronisasi antara Lembaga SMK dengan pihak pemerintah desa. Hal ini dikarenakan dalam struktur kerja di pemerintahan desa mulai merancang dan melaporkan keungan desa sebenarnya menjadi garapan jurusan akutansi SMK. Mulai membedakan antara belanja modal, belanja barang, belanja jasa, serta memahami aturan pelaporan lainnya.
“Ada beberapa titik peranan penting jurusan akutansi SMK yang bisa diperhatikan, mulai dalam musdus, musrenbangdes, dan dalam merancang dan melaporkan keungan desa,” imbuhnya. Selain itu, Baskoro juga menegaskan dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keungan desa terdapat peluang untuk bisa dijadikan garapan lulusan akutansi SMK. (Humas SMKN 1 Bulukerto)